TAKDIR CINTA SANG RAJA IBLIS

Pertaruhan Terakhir {8}



Pertaruhan Terakhir {8}

0"Lantas apa yang bisa kita lakukan, Yang Mulia? Membasmi mereka apakah itu baik untuk Yang Mulia Raja? Sebab bagaimanapun juga Selir itu adalah istri dari Raja Langit yang merupakan Ayah Yang Mulia, dan putranya juga diketahui adalah Kakak Yang Mulia Raja. Bukankah akan menjadi perdebatan yang sangat aneh jika ini sampai terjadi? dan bisa saja Yang Mulia malah akan menjadi sosok yang disalahkan karena telah menyerang saudara Yang Mulia sendiri, meski kalian berbeda Ibu," kata Jiang Kang Hua.     
0

Chen Liao Xuan tampak diam, dia mencoba untuk berpikir dengan seksama atas apa yang mungkin akan terjadi sekarang. sejujurnya apa yang dikatakan oleh Jiang Kang Hua adalah benar. Namun demikian dia tidak akan bisa membiarkan Cheng Wan Nian untuk tetap hidup, kemudian Xie Ming Zhen yang ada di balik ini semua lalu membuat semuanya menjadi lebih buruk. Bagaimana tidak, jika Xie Ming Zhen tahu dia telah memiliki seorang putra di sini, pastilah Kakak tirinya itu akan membuat banyak hal agar putranya itu tewas, ya Chen Liao Xuan tahu bagaimana akal busuk dari saudara yang dia sendiri enggan menganggapnya sebagai saudara itu.     

"Aku dengar kau memiliki anak dari sini, seorang Putra Mahkota yang akan menjadi jadi pewaris kerajaan iblis. Aku sangat penasaran di mana putramu itu, Putra Mahkota Chen? Bukankah sekarang kau sangat bangga dengan nama barumu itu? nama yang sama sekali tidak ada kaitannya dengan langit atau apa pun itu. kau pikir apakah Ayah bangga dengan hal itu, Putra Mahkota Chen?" ledek Xie Ming Zhen.     

Chen Liao Xuan tampak menggenggam tangannya dengan kuat, rahangnya mengeras. Tapi Jiang Kang Hua berusaha untuk membuat Chen Liao Xuan tetap pada dirinya sendiri. Tidak terpancing emosi oleh sosok seperti Xie Ming Zhen adalah yang terbaik sekarang. karena memang tujuan dari Xie Ming Zhen adalah untuk membuat emosi Chen Liao Xuan, dan kalau sampai Chen Liao Xuan terbawa emosi, itu sama artinya dengan dia masuk ke dalam perangkap Xie Ming Zhen yang sangat menyebalkan itu.     

"Bukankah jauh lebih baik menggunakan nama sendiri tapi masih memiliki hubungan darah dengan langit? dari pada memakai nama kerajaan tapi tak memiliki darah apa pun dengan langit. sekarang kau pikir, mana yang lebih baik dari pada itu? dan aku juga yakin, kau tidak akan pernah bisa menjadi salah satu naga apa pun yang terjadi. pantas saja, setiap kali kita latihan berperang dan mengubah diri menjadi sosok yang sebenarnya dalam langit, kau selalu menangis tersedu, kau selalu berkilah dan mencari alasan untuk apa pun itu agar pelatih kita tidak memaksamu berubah menjadi seekor naga. Aku pikir, mungkin kau tak memiliki keberanian, kau hanya akan menjadi naga kecil yang sangat kasihan sama sekali. namun sekarang aku tahu, alasanmu untuk tidak menjadi naga adalah, karena sebenarnya kau sudah tahu sedari dulu kalau kau memang tidak bisa menjadi seekor naga. Apa yang kau lakukan, dan tangisanmu itu tak ubahnya hanyalah sebuah hal yang menjadi alasanmu agar tidak ditekan terus oleh semua orang, oleh karena itu kau selalu berpura-pura sakit, terluka, atau—"     

"Berhenti menghina putraku, Putra Mahkota!" bentak Selir Meng. Chen Liao Xuan tampak tersenyum. Alasan kenapa dia ingin sekali membuat dua orang itu emosi ternyata jauh lebih mudah dari pada mereka memancing dirinya untuk emosi dengan sempurna.     

"Sekarang apa maumu, Pangeran Xie? Mumpung kita ada di sini dan aku sangat yakin jika nanti Ayah datang pun memang aku akan dihukum. Namun setidaknya aku merasa bangga dengan hukumanku. Karena apa? Karena mungkin aku telah berhasil untuk membunuhmu,"     

"Kurang ajar!"     

Xie Ming Zhen langsung terbang dengan tinggi, lalu dia mengeluarkan kembali pedang berwarna merah membaranya, dia mendekati Chen Liao Xuan dan hendak menyerangnya. Jiang Kang Hua yang melihat itu mencoba melindungi Chen Liao Xuan, tapi Chen Liao Xuan mendorong tubuh Jiang Kang Hua untuk menjauh.     

"Yang Mulia—"     

"Ini adalah pertarunganku, kau istirahat saja dengan yang lainnya,"     

"Tapi—"     

Ucapan Jiang Kang Hua terhenti, saat Chen Liao Xuan sudah fokus dengan Xie Ming Zhen. Bahkan saat Chen Liao Xuan berkonsentrasi, di belakang Chen Liao Xuan muncul seekor naga besar berwarna putih, bukan dirinya yang berubah menjadi naga. Namun itu naga lain yang jauh lebih besar dari pada dirinya. Jiang Kang Hua terhempas sempurna ke dalam lingkaran perlingungan Chen Liao Xuan. Dan Li Zheng Xi berhasil menangkapnya dengan sangat nyata.     

"Naga apakah itu? kenapa bukan Putra Mahkota yang menjadi naga? Auranya benar-benar sangat mengerikan. Enerynya benar-benar sangat mengerikan," kata Jiang Kang Hua.     

Li Zheng Xi tampak memandang naga itu dengan tatapan fokusnya, ini sungguh di luar nalar. Jika sampai naga itu tampak, itu artinya jika pertarungan yang merupakan penentu akhir dari kehidupan ini sudah ada di depan mata.     

"Itu adalah naga suci, naga suci si pemilik alam semesta ini. naga suci yang telah memilih dan menakdirkan Putra Mahkota menjadi Raja langit abadi selanjutnya, dan naga suci biasanya muncul ketika dalam hal-hal besar. Bahkan di langit pun naga suci akan sangat jarang muncul. Namun melihat naga suci ada di sini bersama dengan Putra Mahkota, ini berarti bukan sebuah pertanda yang baik. kemungkinan besar naga suci ini pun telah mengecam perbuatan dari Pangeran Xie dan Selir Meng, dan mungkin naga suci pun mendukung penuh apa yang akan dilakukan oleh Putra Mahkota, dengan demikian jika nanti Raja Langit datang dan melihat kemungkinan terburuk sekalipun, Raja Langit tidak bisa untuk marah. Bagaimana tidak, sebab yang terjadi adalah kenyataannya. Naga suci tidak akan pernah salah untuk mengutus dan menyuruh sesuatu bertindak di luar batas keseimbangan nalar Dewa. Baik dan buruk serta apa pun itu sudah ditimbang dengan baik dan benar. Dan Putra Mahkota adalah sosok yang harus mengeksekusi ini semua sebagai sosok yang akan selalu menjadi bahan pedebatan dan menjadi sosok nomor satu kemudian harinya, Putra Mahkota telah memiliki semuanya, dia bisa menjadi hakim, dia bisa menjadi Panglima, dia bisa menjadi Raja, dan dia bisa menentukan apa yang Dewa lain tidak bisa ditentukan. Dan Putra Mahkota adalah sosok kesayangan dari naga suci. Siapa yang menyakiti Putra Mahkota, maka naga suci tidak akan pernah untuk membiarkan sosok itu bisa hidup dengan tenang sama sekali, itu sudah janji, dan itu juga takdir yang memang akan terjadi bahkan sampai kapan pun itu. tidak ada yang bisa untuk sekadar menolak takdir itu dengan baik dan benar,"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.